RezaAhmad Zahid dalam ceramahnya di hadapan ratusan santri dan alumni Pesantren Lirboyo Al Mahrusiyah di Depok, Jawa Barat, Ahad (16/6). Kiai muda yang akrab disapa Gus Reza itu merespons fenomena menjamurnya ustadz yang populer di internet, khususnya situs berbagi video Youtube , yang tidak memiliki ilmu agama yang meyakinkan.
Kediri - Seluruh santri dan alumni Pondok Pesantren Lirboyo Kediri diinstruksikan melakukan istigasah di daerah masing-masing untuk meredam gejolak politik perpecahan umat yang mengancam bangsa Indonesia. Sekretaris Pengurus Pusat Himpunan Alumni Santri Lirboyo Himasal Kiai Athoillah Sholahuddin Anwar mengatakan instruksi kepada seluruh santri dan alumni santri Lirboyo untuk melakukan istigasah ini dikeluarkan beberapa hari lalu. “Ini untuk menanggapi pertanyaan masyarakat dan wali santri atas kondisi bangsa yang kian memprihatinkan,” kata Gus Atok, panggilan Kiai Athoillah, kepada Tempo, Senin, 13 Februari 2017. Baca juga Jabatan Gubernur DKI Ini Gaji, Fasilitas, dan Tantangannya Eks Presiden Peru Diburu, yang Beri Info Dapat Rp 399,6 Juta Gus Atok menambahkan, situasi politik yang terjadi saat ini telah merembet ke berbagai ranah kehidupan masyarakat dan memicu konflik horizontal yang luar biasa. Selain pemberitaan media massa yang gencar, konflik sesungguhnya yang mengarah SARA juga terpantau dari perang di media sosial. Banyaknya informasi bohong atau hoax yang berkelindan di antara caci maki memperparah kebingungan umat yang tak cukup memiliki pengetahuan kuat. Akibatnya, tak sedikit dari wali santri ataupun masyarakat di sekitar pondok yang menanyakan kebenaran informasi atau berita itu kepada pengurus pondok Lirboyo. Hingga kemudian pengurus pusat Himasal menginstruksikan seluruh santri dan alumni yang tersebar di seluruh pelosok tanah air melakukan istigasah di daerah masing-masing. “Tujuannya untuk mendinginkan suasana dan meredam konflik,” kata Gus Atok. Bagi alumni santri yang telah menjadi ulama dan tokoh masyarakat diimbau melakukan istigasah dengan melibatkan warga sekitar. Sehingga upaya mendinginkan suasana ini bisa berjalan serentak dari seluruh negeri, utamanya yang akan menggelar pemilihan kepala daerah. Menurut catatan pengurus Himasal, lebih dari satu juta alumni Lirboyo yang tersebar di berbagai pulau dan siap melakukan instruksi tersebut. Baca juga Grammy Awards, Beyonce dan Adele Masih Bertarung Siapa Saja Kandidat Ketua Mahkamah AgungIklan Pondok Pesantren Lirboyo selama ini memang kerap menjadi tumpuan informasi bagi masyarakat ataupun warga Nahdliyin saat menghadapi persoalan. Tak hanya urusan yang berkaitan dengan ibadah, seperti penentuan dimulainya ibadah puasa dan hari raya, berbagai persoalan sehari-hari kerap ditanyakan kepada pengasuh pondok. Karena itu, tak sedikit materi pertanyaan tersebut yang dibawa dalam forum rembuk atau diskusi santri yang dikemas dalam kegiatan Bahtsul Abdul Muid, pengasuh Pondok Lirboyo yang aktif dalam forum Bahstul Masail, mengatakan forum tersebut kerap mengangkat isu atau persoalan yang sedang hangat terjadi di masyarakat. Dalam kajian itu para peserta diskusi akan meninjau dari berbagai aspek dan rujukan kitab. “Persoalan itu kami ambil dari kehidupan masyarakat di dalam dan luar pondok,” kata Gus Muid. HARI TRI WASONO
DiMasa Sekarang alumni PP Sidogiri yang cukup terkenal adalah Ustadz Idrus Ramli yang terkenal ahli debat, kamu dapat melihat video-video ceramah beliau di youtube. Pondok Pesantren Lirboyo berkembang menjadi pusat studi Islam sejak puluhan tahun sebelum kemerdekaan Republik Indonesia.PP Lirboyo ikut berperan dalam pergerakan perjuangan
- Pondok Pesantren Lirboyo di Kota Kediri, Jawa Timur telah mencetak ulama hingga pejuang sejak awal abad ke-19. Pendirian pondok pesantren ini memiliki sejarah unik. Termasuk kisah santri pertama bernama Umar, bocah lugu yang berasal dari Madiun. Melansir laman resmi Ponpes Lirboyo, pada awalnya nama Lirboyo diambil dari sebuah desa terpencil yang terletak di Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, Jawa Timur. Sebelum berdiri pesantren, Desa Lirboyo bahkan tersohor sebagai sarang para perampok dan penyamun. Sejarah pendirian Ponpes Lirboyo berkaitan erat dengan awal mula KH Abdul Karim tinggal di Desa Lirboyo sekitar 1910 M. Setelah kelahiran putri pertama beliau yang bernama Hannah dari perkawinannya dengan Nyai Khodijah atau biasa disapa Nyai Dlomroh, putri Kiai Sholeh Abdul Karim pindah ke Desa Lirboyo berkat dorongan sang mertua yang kala itu menjadi dai di desa tersebut. Kiai Sholeh berharap dengan menetapnya KH Abdul Karim di Lirboyo, berharap syiar Islam bisa lebih luas lagi. Keputusan pindah ke Lirboyo juga karena permohonan Kepala Desa Lirboyo kepada Kiai Sholeh, agar berkenan menempatkan salah satu menantunya di desa itu. Ia berharap Lirboyo yang semula angker dan menjadi sarang penyamun bisa menjadi desa yang aman dan puluh lima hari setelah menempati tanah wakaf tersebut, Abdul Karim mendirikan surau mungil nan sederhana untuk mendekatkan diri kepada sang Pertama LirboyoMenjadi orang pertama memang selalu dikenang. Seperti halnya santri pertama yang menimba ilmu dari KH Abdul Karim. Dia adalah seorang bocah lugu yang bernama Umar asal Madiun. Kedatangan Umar disambut baik oleh KH Abdul Karim. Selama nyantri, Umar sangat ulet dan telaten serta taat kepada beberapa waktu, tiga orang santri menyusul jejak Umar. Mereka berasal dari Magelang yakni Yusuf, Shomad, dan Sahil. Tidak lama kemudian datanglah dua orang santri bernama Syamsuddin dan Maulana. Keduanya berasal dari Gurah, Kediri. Memasuki hari kedua, semua barang-barang milik kedua santri tersebut ludes diambil pencuri. Memang pada saat itu situasi Lirboyo belum sepenuhnya aman, Lirboyo masih menyisakan tangan-tangan kotor. Akhirnya mereka berdua mengurungkan niatnya untuk mencari ilmu. Mereka pulang ke kampung Semakin Dikenal MasyarakatMeski harus melalui perjuangan, keberadaan Pondok Pesantren Lirboyo semakin dikenal oleh masyarakat luas dari tahun ke tahun. Santri semakin banyak berdatangan. Namun kali ini pihak Lirboyo sudah siap-siaga dengan ulah para penyamun. Mereka tak mau lagi apa yang pernah dialami oleh Syamsuddin dan Maulana terulang, maka dibentuklah satuan keamanan yang bertugas ronda keliling di sekitar 1913 M, KH Karim merintis pendirian masjid di lingkungan Ponpes Lirboyo. Awalnya masjid itu sangat sederhana, dinding dan atap terbuat dari kayu. Bahkan suatu ketika bangunan itu hancur porak-poranda ditiup angin beliung dengan KH Muhammad, Kakak Ipar KH Karim, berinisiatif untuk membangun kembali masjid yang telah rusak itu dengan bangunan yang lebih permanen. Dari pertemuan antara seorang dermawan, H Ya’qub, dengan KH Ma’ruf Kedunglo itu membuahkan persetujuan, yaitu dana pembangunan masjid dimintakan dari sumbangan para dermawan dan itu kemudian diresmikan pada 15 Rabiul Awwal 1347 H 1928 M, atau bertepatan dengan acara ngunduh mantu putri Abdul Karim yang kedua, Salamah dengan Manshur Paculgowang. Bangunan masjid itu tergolong megah pada masanya. Mustaka menjulang tinggi, dinding dan lantai terbuat dari batu merah dengan gaya bangunan klasik yang merupakan gaya arsitektur Jawa kuno dengan gaya arsitektur negara Timur yang semula hanya satu, ditambah lagi menjadi sembilan. Itu atas prakarsa KH Ma’ruf untuk mengenang kembali masa keemasan Islam pada abad pertengahan. Arsitektur itu mirip kejayaan daulat santri kian bertambah banyak, masjid itu diperluas dengan menambah serambi muka sekitar 1984. Sekitar 1994, masjid ini mendapat penambahan bangunan di serambi depan masjid. Namun santri dan jamaah rupanya makin banyak sehingga sebagian harus berjamaah tanpa menggunakan atap. Bahkan sampai kini bila berjamaah salat Jumat, banyak santri dan penduduk yang harus beralaskan aspal jalan kini masjid itu tidak mengalami perubahan, untuk menjaga dan melestarikan nilai ritual dan historis. Namun, hampir menjelang akhir tahun dinding-dinding masjid yang sudah cukup tua itu dicat ulang dan sedikit ditambal Lirboyo juga masih menyisakan pintu gerbang dengan bentuk dan bahan aslinya yang terbuat dari papan dengan atap genting. Bangunan itu menjadi saksi sejarah yang tetap tegak berdiri mengawal perjuangan Islam hingga Perjalanan Hidup KH Abdul KarimAbdul Karim lahir tahun 1856 M di desa Diyangan, Kawedanan, Mertoyudan, Magelang, Jawa Tengah, dari pasangan Kiai Abdur Rahim dan Nyai Salamah. Manab adalah nama kecil beliau dan merupakan putra ketiga dari empat bersaudara. Saat usia 14 tahun, mulailah beliau melanglang buana dalam menimba ilmu agama dan saat itu beliau berangkat bersama sang kakak Kiai Aliman.Ia pertama kali menimba ilmu di sebuah pesantren yang terletak di desa Babadan, Gurah, Kediri. Ia lalu meneruskan pengembaraan ke daerah Cepoko, 20 km arah selatan Nganjuk, di sini kurang lebih selama 6 Tahun. Setelah itu, dia meneruskan ke Pesantren Trayang, Bangsri, Kertosono, Nganjuk Jatim. Di pesantren ini dia memperdalam pengkajian ilmu Al-Quran. Ia melanjutkan pengembaraan ke Pesantren Sono, sebelah timur Sidoarjo, sebuah pesantren yang terkenal dengan ilmu Shorof-nya selama 7 juga tercatat pernah nyantri di Pondok Pesantren Kedungdoro, Sepanjang, Surabaya. Hingga akhirnya, beliau kemudian meneruskan pengembaraan ilmu di salah satu pesantren besar di pulau Madura, asuhan ulama’ kharismatik; Syaikhona Kholil Bangkalan. Cukup lama beliau menuntut ilmu di Madura, sekitar 23 memasuki usia 40 tahun, dia berangkat ke Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jatim untuk belajar. Pondok itu diasuh oleh sahabat karibnya semasa di Bangkalan Madura, KH Hasyim Asy’ cinta KH Karim bersemi di sini. KH. Hasyim Asy’ari menjodohkan KH. Abdul Karim dengan putri Kiai Sholeh dari Banjarmelati Kediri, pada 1328 H/ 1908 Karim menikah dengan Siti Khodijah Binti KH. Sholeh, yang kemudian dikenal dengan nama Nyai Dlomroh. Dua tahun kemudian KH. Abdul karim bersama istri tercinta hijrah ke tempat baru, di sebuah desa yang bernama Lirboyo, tahun 1910 M. Disinilah titik awal tumbuhnya Pondok Pesantren 1950-an, saat KH Abdul Karim menunaikan ibadah haji kondisi kesehatannya mengkhawatirkan. Namun ia tetap bertekad berangkat haji. Ia ditemani sahabat akrabnya KH Hasyim Asy’ari dan seorang dermawan asal Madiun H. akhirnya, pada tahun 1954, 21 Ramadhan 1374 H, KH. Abdul Karim meninggal dunia. ia dimakamkan di belakang Masjid Lirboyo.jqf
Bukan Cuman Uang Eps. 12 • Hallo teman-teman! Hybrid webinar nasional Bukan Cuman Uang kembali lagi nih朗 Tentunya dengan topik menarik dan bermanfaat untuk kalian semua, yang sekarang ini mau
Menampilkan Artikel dengan Tag "Alumni" Dawuh Masyayikh Drama “Siapa yang Bicara di Bawah Pohon, Wudhunya Batal!” Santri sudah seharusnya berusaha untuk mengabdikan dirinya kepada masyarakat, dan memang itu khidmah terbesar mereka selepas dari pesantren, selain juga sejak dulu kala masyarakat lebih dekat dengan santri atau kiai langgar daripada yang lain. Mereka mengeluhkan dan mengadukan segala persoalan hidup mulai hal terkecil sekalipun, seperti anaknya yang sedang menderita sakit gigi, misalnya. Dari sini […] Badan Otonom Pesantren Lirboyo Gerak Sunyi HIMASAL Jateng Mengabdi Kepada Kiai, NU Dan NKRI HIMASAL Himpuan Alumni Santri Lirboyo Jawa Tengah terus melakukan konsolidasi organisasi sejak pelantikan 2015 hingga sekarang, di bawah kreativitas dan keuletan komandannya, Gus Mahin Tegalrejo Magelang. Beliau telaten menyapa, silaturrahim dan memberi support kepada para alumni mulai Himasal tingkat Kecamatan, Kabupaten, hingga tingkat Jawa Tengah untuk semakin menyambung alaqah bathiniah’ ikatan batin, red. terhadap Masyayikh […] Artikel Pencipta Sholawat Badar Itu Kiai NU Alumni Lirboyo Asal Tuban Jatim Shalawat Badar sangat familiar di kalangan nahdliyin warga Nahdlatul Ulama. Di hampir seluruh kegiatan Nahdlatul Ulama, shalawat ini selalu didengungkan. Berikut sebagian teks Shalawat Badar صَـلا َةُ اللهِ سَـلا َمُ اللهِ * عَـلَى طـهَ رَسُـوْلِ اللهِ Shalaatullaah Salaamul laah Alaa Thaaha Rasuulillaah Rahmat dan keselamatan Allah, semoga tetap untuk Thaaha* utusan Allah صَـلا َةُ اللهِ سَـلا َمُ […] Pojok Lirboyo Selapanan Alumni Lirboyo Daerah Magelang Lirboyonet-Kediri, Rutinan Selapanan Kec. Salaman Kab. Magelang digelar setiap malam Rabu Legi. Kali ini bertempat di dalem K. Zuhdi Alumni 2000 Lantabur. Selapanan dimulai pukul 2100 Wib diawali pembacaan hirzul jauzan dan tahlil birrul masyayikh dilanjutkan do’a oleh alumni setempat, Kyai Abdul Mun’im. Rutinan Alumni Lirboyo daerah Magelang, cabang Kecamatan Salaman ini juga dihadiri Ketua […] Pojok Lirboyo Peran Santri Dalam Menangkal Radikalisme Agama Lirboyonet, Jakarta – Sukses sudah gelaran Seminar yang diprakaryai Istikmal Jabodetabek dalam Ngaji Toleransi yang bertajuk Peran Santri Dalam Menangkal Radikalisme Agama. Seminar yang diadakan di Desa Wisata Taman Mini Indonesia Indah, Sabtu 09/12/17 merupakan kerja sama dengan kementrian koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan dan Lembaga Riset Prima Center Indonesia. Seminar diadakan untuk merespons fenomena […] Pojok Lirboyo Pra PKPNU Santri Lirboyo Lirboyonet, Kediri– Seluruh peserta PKPNU Pendidikan Kader Penggerak Nahdlatul Ulama malam tadi 23/11 dikumpulkan di Aula Al- Muktamar guna melaksanakan Pra PKPNU, seluruh peserta yang hadir malam tadi adalah santri dan alumni dari Ponpes Lirboyo ada yang masih berdomisili di pondok ada juga yang sudah di Rumah. PKPNU yang akan dilaksanakan senin mendatang adalah suatu […]
Setelahikrar wakaf tanah seluas 3200 m2 tersebut diterima Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo KH. A. Idris Marzuqi, maka dibentuklah panitia pembangunan. Setelah pembangunannya selesai, mulailah diupayakan untuk menempatkan pengajar di Pondok Turen. Namun setelah dicoba sampai tiga kali, pengajar yang ditempatkan disana selalu tidak betah.
Sudah tidak asing di telinga tentang beberapa pesantren salaf besar yang dikenal unggul dalam penguasaan kitab kuningnya dan alumninya banyak yang terkenal dengan kualitas ilmunya. Misalnya saja pesantren Langitan, Sidogiri, Sarang, Ploso, Lirboyo dan lainnya. Saya di sini akan membicarakan tentang Pesantren Lirboyo. Di Lirboyo, saya pernah mendengar maaf saya tidak tahu kebenarannya cerita bahwa ada seorang alumni yang terkenal alim, usul agar di Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien MHM ada penjurusan fan keilmuan untuk tingkat Aliyah. Beliau mencontohkan seperti di perguruan tinggi, ada jurusan Tafsir Hadits, Bahasa Arab, Ahwal Syakhsiyah, Filsafat dan lain sebagainya. Di madrasah juga begitu, ada jurusan Fikih, Tafsir, Qowaid Nahwu Sharf, Tasawuf, Filsafat atau lainnya. Ia beralasan, santri Lirboyo tingkat Aliyah mestinya sudah punya kemampuan untuk itu penjurusan. Lagipula dasar-dasar materi agama sudah kuat pada tingkat Tsanawiyah. Jadi, kalau di tingkat Aliyah ada penjurusan sesuai minat dan bakat, tentu alumninya luar biasa. Ada yang ahli di bidang Fikih, Tafsir dan seterusnya. Santri tingkat Aliyah tidak perlu mempelajari seabrek materi yang terkadang ada beberapa yang tidak diminati atau tidak kuasai. Bisa juga penjurusan diaplikasikan di kelas dua Aliyah atau dua tahun terakhir sebelum tamat. Jadi mereka sudah punya dasar dalam penjurusan jika nantinya ingin melanjutkan ke timur tengah misalnya. Tetapi usulan di atas tidak dipenuhi. Konon yang memberikan jawaban adalah KH. Abd. Aziz Manshur. Beliau memberikan jawaban yang diplomatis dan membuat hampir semua orang “sami’na wa atha’na”. Begini jawabannya. Di Lirboyo itu tidak hanya memperhatikan yang pintar-pintar saja dalam hal ini, penjurusan adalah ranah para santri yang pintar dan mempunyai keilmuan yang mapan. Tapi juga mendidik dan memperhatikan mereka yang kemampuannya sedang dan pas-pasan. Alhasil, santri lulusan Lirboyo itu bisa menyebar menjadi tokoh di segala tingkatan dalam kehidupan di masyarakat. Riilnya, alumni Lirboyo yang keilmuannya sedang dan pas-pasan itu bisa menjadi tokoh di tingkat desa atau RT. Sedangkan yang pintar dan keilmuannya tinggi, mereka akan menjadi tokoh nasional dan bahkan internasional, lihat saja misalnya KH. Maimoen Zubair, KH. A. Mustofa Bisri, Prof. Dr. KH. Said Aqil Siraj, MA. dan lain sebagainya. Dengan jawaban seperti itu membuat semua orang adem dan menyadari misi besar yang diemban oleh pesantren untuk semua kalangan di masyarakat. Karena itulah, Pesantren Lirboyo adalah pesantren untuk semua pencari. Note Sekarang model kurikulum di MHM Lirboyo sudah ada perubahan. Ada penambahan Ma’had Aly. Tapi saya belum tahu secara detail materi kurikulum dan aplikasinya. *
Sebenarnya kekuatan pondok lirboyo itu bukan pada proses sekarang tapi kekuatan alumni yang menyebar ke seluruh Indonesia. Seperti kita ketahui saat ini Indonesia menjadi role model negara islam terbesar di dunia,” jelasnya.
Kediri Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim bersilaturahmi ke Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, Jawa Timur pada hari ini, Jumat (22/10/2021).. Kunjungan Nadiem diterima langsung oleh Dewan Pengasuh Pesantren Lirboyo, yaitu KH Anwar Manshur, KH Abdullah Kafabihi Mahrus, KH Liputan6com, Jakarta - Pasangan bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah Sudirman Said-Ida Fauziah mendapat dukungan dari pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, KH Anwar Manshur, untuk berlaga dalam Pilkada 2018. Dukungan tersebut disampaikan KH Anwar Manshur saat menerima kedatangan Sudirman-Ida dalam 1pkjcf.